Jumat, 07 Desember 2007

Cermin Perbatasan


Pendapatan Perkapita Masyarakat Perbatasan Rendah, Kurang Didukung Sarana dan Prasarana

Sanggau, BERKAT.
Bagaikan langit dan bumi, istilah yang dikemukakan Bupati Sanggau Yansen Akun Effendy, SH, MBA, M.Sc, M.Si, terhadap kondisi daerah perbatasan Entikong dengan Malaysia dalam seminar upaya meningkatkan pelayanan public dan ekonomi masyarakat di perbatasan di Kabupaten Sanggau dengan Malaysia, Senin (11/6) di ruang rapat utama DPRD Sanggau.
Pernyataan tersebut disampaikan Yansen setelah melihat kondisi rill masyarakat Indonesia baik dari tingkat ekonomi, pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana yang ada.
“Jika dilihat pendapatan perkapita masyarakat Indonesia di perbatasan Entikong dengan Malaysia sungguh bagaikan langit dan bumi,” kata Yansen.
Padahal menurut Yansen Entikong merupakan pusat pertumbuhan (Growth Centre) dan sebagai motor penggerak pebangunan di kawasan perbatasan.
Namun diakuinya, kendala yang dihadapi di wilayah tersebut, masih terbatasnya sarana dan prasarana dasar seperti transportasi, pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik dan telekomunikasi serta sarana perekonomian yang dapat menunjang masyarakat perbatasan.
Selain itu Yansen juga mengatakan, didaerah perbatasan sendiri, hingga saat ini masih terdapat daerah yang terisolir yang tidak dapat dijangkau dengan transportasi darat sehingga rentan terhadap infiltrasi karena pengawasan dan pengamanan wilayah sulit dilakukan.
Senada disampaikan Kepala Bappeda Kabupaten Sanggau, Drs. H. Yus Suhardi, dalam paparannya menjelaskan, pengembangan kawasan perbatasan merupakan salah satu visi dan misi Kabupaten Sanggau, dimana Entikong diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan (Growth Centre) dan sebagai motor penggerak pembangunan di kawasan perbatasan.
Berdasarkan peraturan presiden nomor 19 tahun 2006 tentang rencana kerja pemerintah tahun 2007, menyatakan bahwa pembangunan kawasan perbatasan merupakan salah satu prioritas pembangunan tahun 2007.
Kriteria umum penentuan prioritas program mengacu pada PP No 7 tahun 2005 tentang RPJMN 2004-2008 dan sejalan dengan PP No.39 tahun 2005 tentang RKP 2006, mendukung terwujudnya fungsi kota Entikong sebagai kota perbatasan antar negara yang memiliki pos pemeriksaan lintas batas dan melayani kegiatan Pebabenan (Custom), Imigrasi, Karantina dan Keamanan (CIQS) serta masih banyak lagi hal penting yang harus diindahkan
Namun jika melihat permasalahan yang ada di wilayah perbatasan, menurut Yus Suhardi, program pembangunan di kawasan tersebut, tidak dapat hanya mengandalkan sumber dana APBN murni, APBD Provinsi, ataupun APBD kabupaten saja, mengingat untuk melakukan pengembangan kawasan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga dipandang perlu adanya usaha promosi tentang potensi kawasan perbatasan untuk menarik investor berinvestasi. (jon)

Pendidikan Masyarakat Miskin


5.100 Warga Entikong Tak Tamat SD

Wilayah perbatasan Entikong hingga saat ini masing terkesan sebagai daerah tertinggal, dimana masih banyak desa-desa yang ada di kecamatan tersebut, belum tersentuh secara menyeluruh akan pembangunan, sehingga terkesan terisolir.
Hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, sehingga rentan terhadap infiltrasi, ditambah lagi dengan rendahnya tingkat SDM yang disebabkan lemahnya dunia pendidikan di daerah pelosok di wilayah perbatasan.
Seperti yang dikemukakan Ketua DPRD Sanggau, Krisantus Kurniawan, SIP, M.Si, dalam seminar beberapa waktu lalu mengatakan, Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian petani, dan pendidikan masyarakat masih sangat rendah dimana masih sekitar 5.100 orang tidak tamat sekolah dasar.
Bercermin dari kekurangan tersebut, menurut Krisantus, DPRD Sanggau berkomitmen untuk membuka isolasi tersebut agar daerah perbatasan terlihat maju dengan mendukung pengembangan kawasan perbatasan.
Seperti yang diketahui, saat ini Kabupaten Sanggau terus berbenah khususnya untuk melakukan pengembangan di kawasan perbatasan dengan melakukan pembangunan berbagai fasilitas untuk mendukung aktivitas masyarakat perbatasan dengan mengedepankan program pembangunan khususnya bidang kesehatan, pendidikan, pertanian, dan infrastuktur jalan.Hal ini dilakukan pemkab Sanggau, mengingat kawasan perbatasan Entikong merupakan pintu gerbang Negara yang dapat mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia secara menyeluruh. (jon)

Budi Daya Ikan Air Tawar


Keramba Potensi Budidaya Ikan Air Tawar

Kebutuhan akan ikan dipasaran sangat diminati masyarakat Sanggau, khususnya ikan sungai seperti Toman, Ikan mas maupun jenis lainnya.
Namun akhir-akhir ini ikan sungai tersebut sudah agak langka dipasaran, dikarenakan ikan-ikan tersebut masih harus disuplay dari daerah lain.
Melihat potensi yang ada di Kabupaten sanggau, dimana terdapat aliran Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam yang membelah kota Sanggau, rasanya sudah cukup memadai untuk membudidayakan ikan air tawar yang menjadi kebutuhan agar tidak mengandalkan pasokan dari luar daerah.
Dilihat dari segi ekonomi, setiap harinya kebutuhan akan ikan sungai tersebut dapat mencapai puluhan kilogram yang dibutuhkan masyarakat untuk konsumsi.
Selama, kelangkaan ikan sungai dipasaran sudah mulai nampak, apalagi disaat musim penghujan yang mengakibatkan pasangnya air sungai, sehingga sulit untuk menangkap ikan sungai dengan menggunakan cara tradisional seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat selama ini.
Potensi budidaya ikan air tawar dengan mengandalkan budidaya keramba akhir-akhir ini sudah mulai kurang, padahal jika budidaya ikan air tawar dengan menggunakan keramba masih terus dilakukan oeleh petani ikan air tawar, tentulah kelangkaan yang terjadi dipasaran dapat diatasi. (jon)